Sumberindonesia - Dalam video ini, raut wajah Bayu terlihat sangat sedih dan sempat meneteskan air mata. Wajahnya sesekali ditutup dengan tangan kirinya.
Kesedihan Bayu semakin larut saat ditanya oleh seorang laki-laki dalam video tersebut. Pria itu bertanya "kamu mau masuk sekolah mana tadi?", Bayu dengan nada pelan sembari sesenggukan menjawab "SMP 12" dalam kondisi mental yang terlihat sangat terpukul.
Percakapan laki-laki itu berlanjut dengan menanyakan "Kemarin katanya sudah diterima, terus sekarang jadinya tidak bisa masuk?". Bayu tidak dapat menjawab dan hanya meneteskan air mata sembari memegang keningnya dengan tangan kiri.
Ia kembali hanya bisa sesenggukan ketika laki-laki tersebut menanyakan apa harapannya sekarang.
Ia tidak menjawab pertanyaan ini dan baru menjawab ketika ditanya orang tuanya bekerja sebagai apa. Bayu mengaku bapaknya bekerja sebagai tukang parkir dan ibunya sebagai ibu rumah tangga biasa.
Dalam beberapa menit saja, dua video ini viral karena dishare oleh akun lain ke berandanya dan ke berbagai grup Facebook yang diikuti.
Kondisi ini salah satunya tergambar dalam dua video yang diunggah ke Facebook, Selasa (18/7/2017) sekitar pukul 09.00 WIB oleh akun dengan nama Agustinus Tedja.
https://www.facebook.com/tutorialpoker/videos/437930699924207/
Dalam video yang diunggah Agustinus Tedja, ia memberikan keterangan yang menyatakan keinginan sekolah dirusak oleh birokrasi.
Momentum Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Malang tahun ini dengan segala sistem dan aturan baru yang diterapkan menyisakan sejumlah cerita.
Salah satunya diduga dipicu kesimpangsiuran data, ketidakberesan penanganan dan indikasi adanya permainan sehingga banyak ketidakadilan yang dirasakan masyarakat.
Hal ini dirasakan para calon siswa dan wali murid di Kota Malang yang terpaksa menerima kenyataan bahwa putra-puterinya tidak bisa bersekolah di lembaga yang diinginkan lantaran tidak lolos tes PPDB dengan berbagai alasan yang mereka sendiri sebagian besar tidak paham dengan sistem yang baru itu.
Mereka yang seharusnya memiliki akses yang sama untuk mendapat pendidikan yang layak di sekolah yang diidamkan namun terkadang karena kondisi ekonomi yang kurang beruntung akhirnya gigit jari lantaran tidak bisa mendapatkan haknya seperti teman-temannya yang mampu secara ekonomi dan mungkin memiliki kedekatan dengan manajemen sekolah.
Dalih sistem terbaru yang digunakan pada PPDB tahun ini membuat mereka yang lemah itu tidak bisa memperjuangkan haknya sebagai sesama warga negara untuk mengenyam pendidikan yang layak seperti diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
0 komentar:
Posting Komentar