NEW
Loading...
Sadis, 6 Negara Membuat Tradisi Kejam Buat para Hewan Ini
Setiap negara tentu memiliki tradisi dan budayanya masing-masing. Setiap tradisi selalu dilestarikan sebagai warisan nenek moyang dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat lokal. Ragam tradisi pun sangat beraneka, mulai dari hubungan sesama manusia, lingkungan, hingga tradisi yang melibatkan hewan. Semuanya tradisi tersebut tentu dilaksanakan dengan harapan akan memberikan kebaikan bagi kelangsungan hidup manusia.
Sayangnya, tak semua tradisi tersebut dilaksanakan secara damai dan tentram. Beberapa tradisi di dunia justru sangat kejam dan brutal pada beberapa hewan. Ada yang menyiksa hewan secara terang-terangan, menjadikannya target kekerasan secara massal, hingga menyebabkan hewan-hewan tersebut mati sia-sia hanya demi kesenangan sesaat.
Mirisnya lagi, tradisi brutal tersebut justru dilegalkan oleh pemerintah dan diakui sebagai bagian dari kearifan lokal yang harus dilestarikan. Beberapa pihak menilai enam tradisi di bawah ini terlalu kejam dan tidak pantas dilakukan, bahkan untuk hewan sekalipun. Tanpa bermaksud membenarkan kesadisan yang terlanjur menjadi tradisi, berikut adalah 6 tradisi kejam pada hean yang dilegalkan di berbagai negara.
baca juga : Anak 5 Tahun di buang Oleh Ibunya ke tempat Parkiran Mobil
Tradisi kejam membelah babi hidup-hidup di Vietnam
Ritual sadis ini sudah menjadi tradisi turun-temurun di desa Desa Nem Thuong di Provinsi Bac Ninh, Vietnam yang dilakukan setiap akhir tahun. Ritual ini dilakukan sebagai persembahan untuk Dewa Doan Thuong yang menjadi Dewa pelindung desa mereka. Walaupun sangat sadis, festival ini justru sangat dinantikan, tak hanya oleh warga lokal namun juga masyarakat luar daerah hingga mancanegara.
Adapun proses ritual ini sangat kejam dan brutal. Seekor babi gemuk akan diikat keempat kakinya dan dibaringkan di sebuah lapangan. Setelah dibacakan do'a oleh ketua adat, seorang algojo akan menebas perut babi tersebut hingga terbagi dua, tanpa menyembelihnya secara normal.
Setelah babi dibelah, warga akan bersorak sorai dan berebut mencelupkan uang mereka pada darah babi yang baru saja dibantai. mereka percaya, darah babi naas tersebut akan membawa berkah dan keberuntungan, serta membuat panen semakin melimpah. Sungguh ironis, tradisi kejam seperti ini dilegalkan dan menjadi ajang tontonan yang dianggap 'menarik'.
Tradisi membakar wajah Banteng
Negara matador Spanyol sudah pasti terlintas di kepala Anda saat mendengar kata banteng. Ya, tak hanya menjadikan banteng sebagai hewan aduan demi hiburan, masyarakat Spanyol rupanya memiliki tradisi yang tak kalah kejam pada hewan bertanduk ini. Tradisi bernama Toro Jubilo ini biasanya digelar di alun-alun di desa "Medinaceli" dan ditonton oleh khalayak ramai,
Seekor banteng akan dilumuri wajahnya dengan Tar dan kemudian dibakar. Kontan, banteng yang wajahnya terbakar akan berlari tak tentu arah karena merasa kesakitan. Ironisnya, warga justru senang dan menimbulkan histeria saat banteng tersebut mengejar-ngejar mereka.
Biasanya, warga akan membiarkan banteng menemukan caranya sendiri untuk memadamkan api di wajahnya. Rata-rata para banteng akan menabrakkan diri ke tembok hingga apinya padam. Tak jarang banteng-banteng ini berakhir dengan mata buta, wajah hancur, hingga mati sia-sia demi menghibur manusia tanpa tujuan yang jelas.
Tradisi bergantung pada leher Angsa
Masih di negara Spanyol, masih ada tradisi aneh lain yang akan membuat Anda geleng-geleng kepala. Tradisi bernama Festival Santo Pelindung ini sudah ada sejak 352 tahun yang lalu dan tetap dilestarikan oleh masyarakat desa Lekeito. Sekilas, tradisi ini mirip dengan permainan 'flying fox' yang sering kita jumpai di area rekreasi outbond. Bedanya, di sini para peserta akan bergantung di leher seekor angsa sebagai pegangannya.
Angsa-angsa ini akan diikat melintasi sebuah kolam, dan para peserta akan meluncur melewati kolam tersebut dengan berpegangan pada leher si angsa. Sudah bisa ditebak, para angsa tersebut tentu saja tak kuat menahan beban tubuh manusia hingga menyebabkan leher para angsa tersebut putus.
Walau dilegalkan pemerintah, tradisi ini tentu saja mengundang kecaman keras dari organisasi pecinta hewan. Kini, tradisi ini tak lagi menggunakan angsa yang masih hidup dan hanya mengijinkan menggunakan angsa yang sudah mati.
Festival menyiksa banteng sampai mati di Afrika
Entah apa dosa para banteng hingga membuat mereka laris digunakan sebagai objek kesenangan manusia. Suku Zulu di pedalaman Afrika Selatan memiliki tradisi kejam pada banteng setiap kali panen melimpah. Sebagai bentuk terima kasih pada dewa, para petani akan menyiksa seekor banteng secara massal untuk persembahan. Festival ini dikenal dengan nama Festival Ukweshwama.
Seekor banteng akan disiksa beramai-ramai hingga mati dalam waktu sekitar satu jam. Tak ada peraturan khusus untuk menyiksa sang banteng naas. Mereka akan mencolok matanya, menarik lidahnya keluar, hingga memotong-motong alat kelamin sang banteng. Walau mengundang banyak protes dan kecaman dari seluruh dunia, pemerintah Afrika Selatan tetap melegalkan tradisi ini dengan dalih melestarikan warisan budaya nenek moyang.
Tradisi Menelan ikan hidup-hidup yang di pimpin Walikota
Tradisi nyeleneh ini bukan lagi kejam namun juga bisa membuat Anda mual. Di Belgia, ada sebuah tradisi festival bernama Krakelingen. Tradisi tahunan ini akan diikuti oleh puluhan ribu orang, dengan melakukan pawai keliling kota sambil menyanyi dan menari. Puncaknya, warga akan menelan ikan yang dicampur dalam anggur tau wine hidup-hidup, yang ironisnya justru dipimpin oleh Walikota.
Tradisi kejam ini sudah berlangsung sejak abad ke 16 dan masih dilestarikan hingga sekarang. Alih-alih mendapat protes dan dihentikan, tradisi ini justru diakui sebagai kearifan lokal, bahkan melibatkan seorang Walikota untuk memandu acara nyeleneh tersebut.
Tradisi menyiksa anjing dan kucing untuk dijadikan santapan
Sebuah festival yang belakangan menjadi pemberitaan adalah Festival Yulin di Cina. Berbeda dengan festival makan-makan pada umumnya, festival ini menyajikan daging anjing dan kucing sebagai menunya. Tak kurang dari 10 ribu ekor anjing dan kucing berakhir menjadi santapan di festival ini.
Yang menjadi masalah dari festival ini, tak lain dan tak bukan adalah cara mereka membunuh hewan. Alih-alih menyembelih secara normal, para anjing dan kucing akan disiksa hingga mati, mulai dari dipukul, ditendang, digangtung, hingga direbus hidup-hidup. Masarakat mengungkapkan, semakin sadis cara anjing tersebut mati, semakin lezat pula rasanya saat disantap.
Festival brutal ini sudah dilakukan turun-temurun dan pemerintah seolah tak berdaya menyikapinya. Walau tak dilegalkan secara resmi, pemerintah juga tak melarang festival ini diadakan setiap tahunnya. Fakta miris selanjutnya adalah, sebagian besar anjing dan kucing yang menjadi korban adalah hasil curian atau direbut secara paksa dari pemiliknya, atas nama melestarikan kebudayaan.
Itulah 6 tradisi paling kejam terhadap hewan di beberapa negara dunia. Sungguh sangat ironis peerintah justru melegalkan tradisi tersebut, padahal dinilai dari segi apapun sungguh sangat tak layak dan membuat hati miris. Bagaimana menurut Anda?
0 komentar:
Posting Komentar